6 Macam Budaya Bali Yang Bisa Anda Pelajari

budaya bali

Dagacampuchia – Berlibur atau wisata ke pulau Dewata, maka anda bukan hanya menemukan tempat rekreasi atau objek wisata alam saja melainkan ada Budaya Bali. Tapi kebudayaan lokal Bali menjadi hal memikat untuk anda ketahui, karena daya tarik pulau yang dikenali panggilan Seribu Pura ini bukan hanya pada keelokan pemandangan alamnya saja tetapi beragam budaya bali, seni dan adat yang dimiliki Bali, menjadi hal yang bagus sekali untuk dipahami.

Apa lagi banyak budaya lokal di tempat yang terkait dengan masa lampau, sebuah rutinitas atau adat unik turun-temurun yang diturunkan dari angkatan ke angkatan, bisa menjadi sajian atau penawaran unik, untuk mereka khususnya wisatawan yang baru pertama kalinya berlibur bersama keluarga, anak-anak, rekan atau kerabat di pulau Dewata ini. Berikut 6 Jenis Budaya Bali.

Budaya Bali Ngaben

Budaya Bali Ngaben | Dagacampuchia
Budaya Bali Ngaben | Dagacampuchia

Upacara Ngaben sendiri sebetulnya ialah acara pembakaran mayat atau kremasi untuk pengikut Hindu Bali. Ritual pembakaran mayat itu diperuntukkan sebagai lambang untuk menyucikan arwah orang yang sudah wafat.

Secara harfiah, ada tiga opini makna dari kata Ngaben itu. Ada yang yakin jika ngaben asal dari kata beya yang maknanya perbekalan. Selanjutnya ada yang mendefinisikan dari kata ngabu atau jadi abu. Ada juga yang memiliki pendapat ngaben bermakna penyucian dengan memakai api, menurut kepercayaan agama Hindu.

Acara ini termasuk ke Pitra Yadnya, atau upacara yang diperuntukkan untuk penghormatan arwah nenek moyang, Teman dekat.

Antiknya, sepanjang upacara ngaben ini kita tidak temukan isak tangis, malah dilaksanakan penuh meriah. Karena ada kepercayaan jika kita dilarang untuk menangisi kematian seorang karena bisa menghalangi perjalanan roh ke arah alam baka.

Baca juga :  Budaya Aceh, Menarik Wisatawan Karena Unik dan Menarik

Pemakaman Desa Trunyan

Pemakaman Desa Trunyan | Dagacampuchia
Pemakaman Desa Trunyan | Dagacampuchia

Umumnya orang wafat di Bali, khususnya untuk umat Hindu selainnya dipendam dapat dibakar atau dikremasi langsung, akan tetapi sesuatu tradisi unik dengan budaya bali yang tidak sama dapat anda dapatkan di Desa Trunyan Kintamani, kabupaten Bangli, yang adalah salah satunya desa Bali Aga. Pada ketika orang wafat, karena itu badan atau jasad orang itu cuma ditempatkan di bawah pohon Menyan, jasad itu ditempatkan di atas tanah tanpa dipendam, cuma dibatasi oleh bambu (ancak sajian) supaya tidak dicari oleh binatang atau hewan liar, anehnya tidak sedikitpun dari jasad itu bau busuk, hingga kemudian tinggal tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nanti ditempatkan pada suatu tempat di teritori itu, pemakaman di Trunyan ini melengkapi daftar budaya dan adat unik bumi Nusantara – Indonesia. Karena kekhasan itu pemakaman desa tradisionil Trunyan jadi tujuan wisata di pulau Bali yang jadi tujuan tour wisatawan.

Adat Mekare-Kare

Adat Mekare-Kare | Dagacampuchia
Adat Mekare-Kare | Dagacampuchia

Mekare-kare ini juga dikenal dengan perang pandan, tradisi unik di pulau Bali cuma dilaksanakan di desa tradisionil Tenganan, Karangasem yang juga dikenal sebagai desa Bali Aga. Perang dilaksanakan berhadap-hadapan satu musuh satu sama masing-masing menggenggam setumpuk pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan adalah salah satunya desa Bali Aga, yang mengeklaim sebagai warga Bali Asli.

Mekare-kare atau perang Pandan diadakan saat Ngusaba kapat (Sasih Sambah) atau sekitaran bulan Juni. Budaya bali dan adat unik itu diadakan di halaman Bale Agung diadakan sepanjang dua hari dan diawali jam 2 sore, ritual atau acara itu mempunyai tujuan untuk menghargai Dewa Perang atau Dewa Indra yang disebut dewa Paling tinggi untuk umat Hindu di Tenganan. Desa ini menjadi satu diantara tujuan wisata dan tujuan tour terkenal di pulau Bali.

Baca juga :  Seni dan Budaya Sumatera Selatan, Yuk Kenali Lebih Dekat

Adat Omed-Omedan

Adat Omed-Omedan | Dagacampuchia
Adat Omed-Omedan | Dagacampuchia

Budaya bali dan tradisi unik ini diadakan di tengah-tengah kota Denpasar, persisnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Diadakan satu tahun sekali, bersamaan saat hari Ngembak Geni atau satu hari sesudah hari Raya Nyepi, adat unik diawali sekitaran jam 14.00 sepanjang 2 jam. Acara ini cuma di ikuti oleh kelompok muda-mudi atau yang masih belum menikah dengan usia minimum 13 tahun, omed-omedan bermakna ambil menarik antara pemuda dan pemudi masyarakat banjar dan kadangkala diimbangi episode kecupan antara ke-2 nya.

Nach Adat ini diadakan sebagai bentuk keceriaan sesudah penerapan Hari Raya Nyepi, ini sebuah peninggalan budaya nenek moyang di pulau Bali, mempunyai nilai keramat dan dipercayai akan alami hal jelek bila adat ini tidak diadakan. Adat ini menjadi satu diantara pertunjukan wisata yang dapat dicicipi saat tour di hari Ngembak Geni.

Adat Mekotek

Adat Mekotek | Dagacampuchia
Adat Mekotek | Dagacampuchia

Acara atau ritual Mekotek ini cuma dapat anda dapatkan di desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Juga dikenal dengan Gerebeg Mekotek, tradisi unik di pulau Bali ini diadakan tiap enam bulan (210 hari) sekali, persisnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari sesudah Galungan). Acara ini diadakan tujuan tolak Bala membuat perlindungan dari gempuran penyakit dan meminta keselamatan.

Pada awalnya adat Mekotek, memakai tongkat besi, untuk menghindar dari supaya peserta tidak ada yang cedera, karena itu dipakailah kayu Pulet sepanjang 2-3,5 meter yang kulitnya telah dikupas hingga kelihatan lembut. Tongkat-tongkat itu dipadankan jadi satu skema sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu bertabrakan itu hingga dikenali Mekotek. Budaya bali dan adat unik di Badung Bali ini tetap terbangun lestari sampai saat ini.

Baca juga :  Mengenal Budaya Sumatera Utara yang Sangat Khas dan Unik

Gebug Ende Seraya

Gebug Ende Seraya | Dagacampuchia
Gebug Ende Seraya | Dagacampuchia

Pertunjukan ini juga dikenal dengan perang rotan, yang mana 2 orang lelaki berhadapan dan sama-sama menyerang dengan sebatang rotan sepanjang 1,5-2 meter berikutnya tangan satunya menggenggam tameng untuk menangkis gempuran musuh, antara ke-2 nya terbatasi tangkai rotan (garis tengah) supaya tidak masuk ke dalam daerah musuh. Perang rotan ini tidak perlu ketangkasan saja tapi juga keberanian, karena setiap peserta bisa jadi terkena pukulan rotan musuh.

Tradisi unik di desa Seraya, Karangasem – Bali Timur ini menjadi budaya bali yang diturunkan sampai saat ini, tujuan khusus dari acara Gebug Ende ini ialah ritual tradisionil untuk meminta hujan, dan ini dilaksanakan pada musim kemarau yakni pada bulan Oktober – November setiap tahunnya. Keadaan geografis dari desa Seraya yang ada di daerah bukit-bukit memang rawan dengan permasalahan air, itulah penyebabnya ritual meminta hujan ini diadakan di desa ini. Seraya mempunyai beberapa destinasi wisata yang bisa didatangi saat tour di pulau Bali.